Connect with us

9info.co.id – Sahmadin Sinaga kembali mencalonkan diri maju sebagai calon legislatif di Provinsi Kepri pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang. Ia maju karena rasa cintanya kepada masyarakat Kepri dan ingin mengabdikan diri.

Politisi Partai NasDem ini pun meyakini, bila nanti diberi kesempatan kembali memegang amanah menjadi wakil rakyat pihaknya akan bisa memberikan pengabdian maksimal dan berbuat lebih banyak kepada masyarakat di Kepri. Khususnya untuk mengembangkan dan memperbaiki Infrastruktur.

Pria yang sebelumnya berada di daerah pemilihan (Dapil) Kepri 5 Batam yang meliputi Batuaji-Sekupang-Belakang Padang dan Sagulung ini mengungkapkan, pengabdian bisa dilakukan oleh siapapun. Meski tanpa jabatan.

Namun dengan adanya jabatan, setidaknya akan lebih banyak sumber daya yang dapat dicurahkan untuk kepentingan khalayak.

“Masih banyak yang perlu kita bantu dan perhatikan. Namun bila menggunakan kekuatan pribadi, maka sangatlah terbatas kemampuan saya untuk berbuat. Untuk itu, saya bertekad maju ke kancah politik dengan mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Provinsi Kepri. Bila Tuhan mengizinkan duduk di kursi DPRD, setidaknya saya memiliki kekuatan dan sumber daya yang kuat untuk berbuat banyak bagi masyarakat,” ungkapnya.

Demi mewujudkan impiannya ini, Samadin Sinaga memilih untuk berjuang melalui Partai Nasional Demokrat (nasdem).

“Mohon doa restu dan dukungan suara bagi semua masyarakat Batam dan Kepri. Semoga niat tulus saya ini dapat terwujud dan saya bisa berbuat yang terbaik bagi banyak orang,” pungkasnya. ( Int )

Continue Reading
Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Batam

Cak Ta’in Desak Polda Kepri Tetapkan Tersangka Kasus Penimbunan Sungai Kezia: “Unsur Pidana Sudah Jelas!”

Cak Ta’in Desak Polda Kepri Tetapkan Tersangka Kasus Penimbunan Sungai Kezia Unsur Pidana Sudah Jelas!

9info.co.id | BATAM – Ketua Kelompok Diskusi Anti86 (Kodat86), Cak Ta’in Komari SS, mendesak Polda Kepulauan Riau untuk segera meningkatkan status penyelidikan menjadi penyidikan serta menetapkan tersangka dalam kasus dugaan penimbunan Sungai Baloi di kawasan Perumahan Kezia, Batam Center. Ia menilai, seluruh unsur pidana dalam kasus ini telah terpenuhi.

“Unsur pidana dalam kasus penimbunan Sungai Kezia itu sudah terpenuhi. Pelaku dan pemberi perintah jelas. Alat bukti juga sudah cukup. Apalagi yang ditunggu?” tegas Cak Ta’in saat ditemui media pada Senin (21/4).

Menurutnya, konstruksi hukum dalam kasus ini mengarah pada pelanggaran terhadap tiga undang-undang sekaligus, yakni UU Lingkungan Hidup, UU Tata Ruang, dan UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Ia menyebut penimbunan sungai menggunakan material bekas bangunan dan alat berat milik Dinas BM-SDA Pemko Batam adalah bukti konkret yang cukup untuk menetapkan tersangka dan menerbitkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP).

“Pasal yang dilanggar itu jelas. UU PPLH, UU Tata Ruang, dan UU Tipikor bisa dikenakan. Sudah saatnya Polda Kepri bertindak tegas,” ujarnya.

Mantan Dosen Unrika Batam ini juga menilai, penegakan hukum terhadap kasus ini menjadi momentum penting bagi Wali Kota Batam dalam menyelesaikan masalah banjir yang kerap terjadi setiap kali hujan deras. Ia menyebut penimbunan Sungai Kezia sebagai salah satu penyebab utama banjir, selain berbagai pelanggaran tata ruang lainnya.

Awalnya, kasus penimbunan ini terungkap dari laporan warga dan sempat mendapat perhatian Wakil Wali Kota Batam, Li Claudia, yang beberapa kali meninjau langsung ke lokasi. Namun, Cak Ta’in menilai upaya itu kini mulai meredup. Apalagi dengan munculnya rencana pembangunan taman di atas lahan bekas sungai oleh BP Batam, yang sempat membuat publik curiga akan hilangnya proses hukum kasus ini.

Cak Ta’in juga menyayangkan mandeknya proses penyelidikan yang dilakukan oleh Polda Kepri. Ia menilai, pemeriksaan terhadap beberapa saksi seperti anggota DPRD Provinsi Kepri, Li Khai, dan Kadis BM-SDA Pemko Batam harus diikuti dengan pemanggilan terhadap pemilik lahan dan pihak penerima alokasi yang diduga paling diuntungkan dari penimbunan tersebut.

“Persoalannya sederhana kalau serius. Proses hukum harus dijalankan tanpa kompromi,” ucapnya.

Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa tindakan penimbunan sungai bisa menimbulkan dampak besar bagi masyarakat, terutama banjir yang sudah mulai merendam rumah-rumah di kawasan Kezia usai hujan deras pada 20 April lalu.

“Ini bukan sekadar pelanggaran administratif. Ini pidana yang membahayakan masyarakat dan masa depan Kota Batam,” tegasnya.

Di akhir pernyataannya, Cak Ta’in menyerukan agar masyarakat ikut mengawal dan menuntut agar kasus ini dituntaskan secara hukum. Ia berjanji akan terus mengawal kasus ini dan menyiapkan langkah lanjutan jika tidak ada perkembangan berarti dalam waktu dekat.

“Kalau masyarakat tak peduli dengan masa depannya, maka jangan berharap banyak pada pemimpin. Tapi kami tetap akan bersuara. Kita lihat saja beberapa pekan ke depan,” pungkasnya.(DN)

Continue Reading
Kolom Iklan

Berita Lain