9info.co.id | BATAM – Hujan turun pelan ketika truk-truk proyek perlahan memasuki kawasan Jalan Cikitsu, Kecamatan Batam Kota, Kota Batam. Deru mesin, denting alat berat, dan suara alat cor membelah pagi yang basah tanda bahwa setelah bertahun-tahun menunggu, harapan warga akhirnya mulai mewujud nyata.
Selama bertahun-tahun, Jalan Cikitsu bukan sekadar rusak. Ia menjadi lambang pengabaian. Setiap lubang yang menganga adalah jeritan pengendara yang terjatuh. Setiap genangan air hitam adalah cermin kelelahan para ojek daring yang harus menambal ban lebih dari tiga kali dalam seminggu. Jalan itu menjadi semacam luka kolektif yang tak kunjung sembuh.
Namun, sesuatu mulai berubah dan perubahan itu dimulai dari kinerja nyata dari Ir. Anang Adhan, anggota DPRD Kota Batam dari Fraksi Gerindra.
Tanpa banyak sorotan media atau janji kampanye yang bombastis, Anang memilih jalan yang lebih sunyi mendengar. Ia menyambangi lokasi, berbincang dengan warga, dan melihat langsung anak-anak sekolah berjalan di tengah lumpur dan kendaraan berat.
“Saya lihat sendiri anak-anak melintasi jalan ini dalam kondisi yang tidak layak. Ini bukan masa depan yang kita inginkan,” ujar Anang dalam sesi reses beberapa waktu lalu.
Tidak berhenti pada kata-kata, Anang membawa aspirasi warga Cikitsu hingga ke ruang-ruang anggaran. Ia mendesak dinas terkait, memanggil kontraktor, dan memastikan proyek ini benar-benar berjalan. “Tidak ada jalan kecil jika dilalui oleh rakyat,” begitu prinsipnya.

Jalan Cikitsu Batam kota yang telah diperbaiki
Hari itu akhirnya tiba. Jalan yang dulu berlubang dan tergenang, kini ditutupi aspal hitam yang baru. Tak ada seremoni besar. Hanya para pekerja yang penuh peluh, dan warga yang berdiri menyaksikan dengan mata berkaca-kaca.
Seorang ibu tua berbisik pelan di pinggir jalan, “Akhirnya, anak-anak kami bisa pulang sekolah tanpa terjebak lumpur.”
Bagi warga, ini bukan sekadar proyek infrastruktur. Ini adalah tanda bahwa suara mereka tidak lagi diabaikan. Bahwa masih ada pemimpin yang benar-benar turun ke lapangan, masuk ke lumpur, dan memperjuangkan hal-hal kecil yang berdampak besar.
Di tengah kota yang terus tumbuh dan wajah-wajah politisi yang silih berganti, hadirnya Anang Adhan menjadi bukti bahwa masih ada ruang bagi politik yang tulus. Bahwa pembangunan yang sejati bukan soal gedung tinggi, tapi tentang jalan setapak yang bisa dilalui tanpa rasa takut.
Dan hari ini, ketika debu aspal mengering dan kendaraan melaju tanpa guncangan, warga tahu satu hal pasti: ini bukan sekadar perbaikan jalan ini adalah perbaikan kepercayaan.(AS)